Seperti yang telah diketahui banyak orang bahwa umumnya parasetamol berkhasiat untuk meredakan bahkan menghilangkan rasa sakit.
Parasetamol merupakan jenis obat analgesik yang terkenal dipakai untuk melegakan sesak napas, demam, atau sakit ringan (seperti sakit kepala ringan).
Photo credit: Shutterstock.com/Emilie zhang
Dari sebuah sumber menyatakan bahwa sekitar seperempat orang cukup umur menyalahgunakan penggunaan obat parasetamol dengan mengkonsumsi lebih melewati ambang batas (overdosis parasetamol)
Sehingga hal tersebut menciptakan para ilmuwan berusaha meneliti dampak dari overdosis parasetamol, dan kemudian memperingatkan risiko kelebihan takaran parasetamol tersebut.
Dosis maksimal dari mengkonsumsi parasetamol yaitu 8 tablet 500 mg dalam sehari. Dan maksimal hanya diperbolehkan dua tablet saja untuk sekali minum dalam setiap empat jam.
Bahaya Kelebihan Dosis Parasetamol
Parasetamol memang sangat diharapkan dalan kondisi tertentu, tetapi bukan berarti parasetamol boleh dipakai dengan seenaknya, yang melebihi takaran alasannya yaitu sangat berbahaya untuk kesehatan, berikut pembahasannya di bawah ini.
Dapat Menyebabkan Kerusakan Hati
Selama bertahun-tahun konsumen merasa kondusif dalam memakai parasetamol sebagai obat pereda sakit.
Parasetamol berbeda dengan painkiller jenis ibuprofen atau asetosal (asam asetilsalisilat), dimana parasetamol tidak menimbulkan peradangan, alasannya yaitu itulah obat parasetamol sering dianggap aman.
Tetapi faktanya, studi yang dilakukan setelahnya, menemukan hasil bahwa parasetamol dalam takaran tinggi bisa menimbulkan kerusakan liver, bahkan kematian.
Berdasarkan penelitani dari Northwestern University di Chigago (Amerika Serikat), mereka mengungkapkan bahwa overdosis dari parasetamol ini sanggup menimbulkan kerusakan hati akut.
Sehingga akhir dari overdosis parasetamol ini sanggup menimbulkan gagal hati alasannya yaitu terjadi penumpukan cairan (racun) di otak.
Akibat yang ditimbulkan ini dari kelebihan takaran parasetamol tersebut sangat fatal, kita harus memperhatikan baik-baik jumlah parasetamol yang dikonsumsi.
Jangan hingga melewati ambang batas. Termasuk parasetamol dihentikan dikonsumsi dalam jangka panjang alasannya yaitu juga sanggup merusak hati.
Risiko dari kerusakan hati ini sanggup lebih parah apabila pasien juga meminum alkohol.
Akibat yang paling parah yaitu mengkonsumsi parasetamol yang melewati ambang batas dan dalam jangka panjang sanggup menimbulkan kematian.
Dalam penggunaan parasetamol, informasikan ke dokter jikalau memiliki riwayat penyakit kronis menyerupai penyakit hati, ketergantungan alkohol dll. Paracetmol bila ditambah dengan mengkonsumsi alkohol, sanggup mempercepat terjadinya kerusakan hati.
Resiko Tinggi Asma, Sakit Tenggorokan, Eksim dll
Seperti yang ditulis di jurnal Lancet bahwa penggunaan parasetamol yang hiperbola sanggup menimbulkan imbas samping.
Pada dua penelitian yang dilakukan, menemukan hasil bahwa penggunaan parasetamol dalam intensitas tinggi dan sering, sanggup meningkatkan resiko anak terkena asma dan eksim dikala mereka berusia sekitar 7 tahun.
Pada penelitian yang pertama, para peneliti menemukan bahwa dari 205.000 anak yang memakai parasetamol sebelum umur 1 tahun, menjadikan meningkatkan risiko terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan anak yang tidak mengonsumsinya (Sunanda, 2010).
Peneliti menjelaskan kekerabatan antara parasetamol dengan asma yaitu antioksidan. Dimana keberadaan kandungan parasetamol di dalam badan menjadikan menurunnya kadar antioksidan di dalam tubuh.
Padahal, zat antioksidan diprlukan badan untuk melawan radikal bebas yang menyerang tubuh, serta mencegah kerusakannya.
Selain itu, penggunaan parasetamol bisa meningkatkan resiko eksim, sakit tenggorokan, sering bersin, dan suara napas sengau, dikala anak berusia 6 atau 7 tahun (Hasibuan, 2009).
Sehingga para peneliti mendukung aliran yang diberikan oleh WHO, yang menyatakan bahwa parasetamol dihentikan dipakai secara rutin. Serta parasetamol hanya dipakai untuk anak ketika memang mengalami demam yang tinggi (38,5 derajat Celcius keatas).
Gejala lainnya yang ditimbulkan dari ancaman kelebihan takaran paracetamol yaitu rasa mual hingga bisa menjadikan muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni menjadi pekat (seperti warna teh), nyeri di perut cuilan kanan atas, serta badan gampang merasa lelah dan lemas.
Parasetamol Aman Digunakan, dengan Syarat...
Sebenarnya Parasetamol cukup kondusif digunakan, apabila sesuai dengan petunjuk dan batas maksimal konsumsi (dari rekomendasi dokter).
Walaupun ada beberapa imbas samping yang sanggup terjadi kepada pengguna parasetamol, menyerupai adanya rasa demam yang disertai dengan menggigil, sakit pada tenggorokan (padahal sebelum mengkonsumsi parasetamol baik-baik saja), bintik-bintik putih di ekspresi atau bibir, serta gatal pada kulit.
Efek-efek tersebut umumnya jarang terjadi kepada para pengguna Parasetamol. Jika Anda mengalam efek-efek tersebut, maka disarankan untuk segera periksa ke dokter.
[UPDATE]
Pikir Dua Kali Sebelum Memberi Anak Obat Parasetamol
Saat masa-masa udara hirau taacuh menyerupai demam isu hujan, badan akan rentan terjangkit penyakit, menyerupai salah satunya penyakit flu yang sering menyerang tubuh, khususnya pada anak-anak.
Orangtua dalam mengobati flu atau demam pada anak, seringkali mengandalkan obat penurun panas menyerupai parasetamol.
Namun, para ilmuwan menyampaikan bahwa “hati-hati” dalam menawarkan obat parasetamol pada anak.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Toxicological Science, menyimpulkan bahwa penggunaan obat parasetamol sanggup mengganggu pertumbuhan atau perkembangan otak anak.
Para ilmuwan di Universitas Uppsala, Swedia, melaksanakan penelitian lab dan menemukan fakta ini. Penelitian menunujukan bahwa penggunaan parasetamol akan cenderung menciptakan anak lebih hiperaktif dan bisa berpotensi mengalami gangguan perilaku.
Selain itu, penggunaan parasetamol berisiko mengurangi kemampuan daya ingat. Para peneliti menyebutkan bahwa penggunaan parasetamol (dengan frekuensi tinggi pada anak-anak) bisa menjadikan imbas jangka panjang berupa gangguan fungsi kognitif.
Sehingga peneliti menasehatkan kepada orangtua biar berhati-hati dalam menawarkan obat parasetamol pada anak.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa dukungan antidemam menyerupai parasetamol hendaknya dilakukan jikalau suhu demam telah mencapai 38 derajat celsius.
Beberapa imbas samping yang umum terjadi dari penggunaan obat antipiretik atau antidemam yaitu rasa mual, muntah, kesulitan bernapas, sakit perut dan sakit kepala.
Para dokter menjelaskan bahwa penggunaan antipiretik menyerupai parasetamol harus dibatasi, tujuannya hanya untuk membantu biar demam tidak terlalu tinggi ataupun mengurangi tanda-tanda demam yang muncul.
Seringkali penggunaan antipiretik dilakukan walaupun kondisi demam masih tahap ringan, bahkan ada yang memakai parasetamol sekadar untuk mencegah demam biar tidak berulang terjadi.
Faktanya belum terdapat bukti ilmiah bahwa antipiretik sanggup mencegah munculnya demam kembali.
Risiko Minum Paracetamol Saat Hamil
Banyak jago kesehatan yang menyampaikan bahwa Ibu hamil harus hati-hati dalam mengkonsumsi obat. Dimana penggunaan obat yang tidak sempurna dan tanpa mengetahui imbas sampingnya beresiko menimbulkan dilema pada Ibu hamil dan janin di dalam kandungannya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa konsumsi paracetamol oleh perempuan hamil sanggup meningkatkan resiko terkena ADHD (masalah tingkah laku, menyerupai hiperaktif) pada anak yang dilahirkannya.
Peneliti menjelaskan bahwa zat dalam parasetamol bisa meningkatkan risiko anak terkena gangguan hiperaktif hingga tiga kali lipat.
Penggunaan paracetamol dikhawatirkan berisiko bagi ibu hamil dan janin alasannya yaitu bisa mengganggu keseimbangan hormon pada rahim, salah satu dampaknya yaitu gangguan pada perkembangan otak janin.
Pada tahap riset awal, NHS menyampaikan biar perempuan hamil berhati-hati dalam penggunaan parasetamol, penggunaan hendaknya dalam takaran rendah dan juga dalam jangka waktu yang pendek.
Dalam riset, peneliti mengumpulkan data dari sekitar 64 ribu anak dan ibu di Demark pada 1996 hingga 2002. Orangtua juga diminta mengisi kuisioner yang disediakan.
Lalu diketahui bahwa sekitar setengah ibu dilaporkan memakai parasetamol dikala hamil. Hal ini berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan hiperkinetik (bagian dari ADHD) sebesar 37 persen.
Anak yang dilahirkan dari Ibu yang memakai pain killer dikala masa hamilnya, berisiko sebesar 13 persen menderita ADHD dikala berusia 7 tahun.
Risiko ini bisa semakin besar apabila Ibu hamil mengkonsumsi paracetamol selama 6 bulan atau lebih, terlebih lagi dalam takaran yang tinggi.
Menurut peneliti dari University of California, Los Angeles, Zeyan Liew, acetaminophen sanggup menghipnotis perkembangan hormon, yang berdampak pada gangguan perkembangan saraf dan dilema tingkah laku.
Peneliti dari bidang psikologi dan perkembangan di Cardiff University, Kate Langley, menyampaikan bahwa temuan ini amat menarik, tapi masih perlu riset lebih lanjut untuk mendalami keterkaitan antara konsumsi paracetamol dikala hamil dan ADHD pada anak.
Parasetamol merupakan jenis obat analgesik yang terkenal dipakai untuk melegakan sesak napas, demam, atau sakit ringan (seperti sakit kepala ringan).
Photo credit: Shutterstock.com/Emilie zhang
Dari sebuah sumber menyatakan bahwa sekitar seperempat orang cukup umur menyalahgunakan penggunaan obat parasetamol dengan mengkonsumsi lebih melewati ambang batas (overdosis parasetamol)
Sehingga hal tersebut menciptakan para ilmuwan berusaha meneliti dampak dari overdosis parasetamol, dan kemudian memperingatkan risiko kelebihan takaran parasetamol tersebut.
Dosis maksimal dari mengkonsumsi parasetamol yaitu 8 tablet 500 mg dalam sehari. Dan maksimal hanya diperbolehkan dua tablet saja untuk sekali minum dalam setiap empat jam.
Bahaya Kelebihan Dosis Parasetamol
Parasetamol memang sangat diharapkan dalan kondisi tertentu, tetapi bukan berarti parasetamol boleh dipakai dengan seenaknya, yang melebihi takaran alasannya yaitu sangat berbahaya untuk kesehatan, berikut pembahasannya di bawah ini.
Dapat Menyebabkan Kerusakan Hati
Selama bertahun-tahun konsumen merasa kondusif dalam memakai parasetamol sebagai obat pereda sakit.
Parasetamol berbeda dengan painkiller jenis ibuprofen atau asetosal (asam asetilsalisilat), dimana parasetamol tidak menimbulkan peradangan, alasannya yaitu itulah obat parasetamol sering dianggap aman.
Tetapi faktanya, studi yang dilakukan setelahnya, menemukan hasil bahwa parasetamol dalam takaran tinggi bisa menimbulkan kerusakan liver, bahkan kematian.
Berdasarkan penelitani dari Northwestern University di Chigago (Amerika Serikat), mereka mengungkapkan bahwa overdosis dari parasetamol ini sanggup menimbulkan kerusakan hati akut.
Sehingga akhir dari overdosis parasetamol ini sanggup menimbulkan gagal hati alasannya yaitu terjadi penumpukan cairan (racun) di otak.
Akibat yang ditimbulkan ini dari kelebihan takaran parasetamol tersebut sangat fatal, kita harus memperhatikan baik-baik jumlah parasetamol yang dikonsumsi.
Jangan hingga melewati ambang batas. Termasuk parasetamol dihentikan dikonsumsi dalam jangka panjang alasannya yaitu juga sanggup merusak hati.
Risiko dari kerusakan hati ini sanggup lebih parah apabila pasien juga meminum alkohol.
Akibat yang paling parah yaitu mengkonsumsi parasetamol yang melewati ambang batas dan dalam jangka panjang sanggup menimbulkan kematian.
Dalam penggunaan parasetamol, informasikan ke dokter jikalau memiliki riwayat penyakit kronis menyerupai penyakit hati, ketergantungan alkohol dll. Paracetmol bila ditambah dengan mengkonsumsi alkohol, sanggup mempercepat terjadinya kerusakan hati.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan peringatan akhir banyaknya obat penghilang rasa sakit (painkiller) yang dijual bebas, yang mengandung parasetamol, alasannya yaitu sanggup membahayakan (jika dikonsumsi tidak benar) alasannya yaitu berpotensi merusak liver (Hasibuan, 2009).
Resiko Tinggi Asma, Sakit Tenggorokan, Eksim dll
Seperti yang ditulis di jurnal Lancet bahwa penggunaan parasetamol yang hiperbola sanggup menimbulkan imbas samping.
Pada dua penelitian yang dilakukan, menemukan hasil bahwa penggunaan parasetamol dalam intensitas tinggi dan sering, sanggup meningkatkan resiko anak terkena asma dan eksim dikala mereka berusia sekitar 7 tahun.
Pada penelitian yang pertama, para peneliti menemukan bahwa dari 205.000 anak yang memakai parasetamol sebelum umur 1 tahun, menjadikan meningkatkan risiko terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan anak yang tidak mengonsumsinya (Sunanda, 2010).
Peneliti menjelaskan kekerabatan antara parasetamol dengan asma yaitu antioksidan. Dimana keberadaan kandungan parasetamol di dalam badan menjadikan menurunnya kadar antioksidan di dalam tubuh.
Padahal, zat antioksidan diprlukan badan untuk melawan radikal bebas yang menyerang tubuh, serta mencegah kerusakannya.
“Parasetamol sanggup mengurangi kadar antioksidan dan itu sanggup menimbulkan stres pada paru-paru dan menimbulkan asma,” kata Richard Beasley di Medical Research Institute of New Zealand, menyerupai dikutip dari Reuters.
Selain itu, penggunaan parasetamol bisa meningkatkan resiko eksim, sakit tenggorokan, sering bersin, dan suara napas sengau, dikala anak berusia 6 atau 7 tahun (Hasibuan, 2009).
Sehingga para peneliti mendukung aliran yang diberikan oleh WHO, yang menyatakan bahwa parasetamol dihentikan dipakai secara rutin. Serta parasetamol hanya dipakai untuk anak ketika memang mengalami demam yang tinggi (38,5 derajat Celcius keatas).
Gejala lainnya yang ditimbulkan dari ancaman kelebihan takaran paracetamol yaitu rasa mual hingga bisa menjadikan muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni menjadi pekat (seperti warna teh), nyeri di perut cuilan kanan atas, serta badan gampang merasa lelah dan lemas.
loading...
Serangan Jantung dan Stroke
Pada sebuah studi dengan perencaan yang besar, memperingatkan bahwa mengkonsumsi paracetamol hampir setiap hari bisa meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, hingga esiko final hidup dini.
Pasien yang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dengan takaran tinggi dalam waktu yang lama, hampir 63 persen lebih beresiko meninggal secara tiba-tiba.
Demikian juga, risiko terkena serangan jantung dan stroke naik 68 persen lebih tinggi, serta resiko hampir 50 persen lebih tinggi terkena pendarahan lambung.
Para ilmuwan dari Leeds Institute of Rheumatic and Musculoskeletal Medicine, melaksanakan pengkajian dari delapan studi perihal pasien yang memakai parasetamol setiap hari hingga 14 tahun, dalam kondisi terkena arthritis dan nyeri punggung yang serius.
Philip Conaghan, yang memimpin penelitian ini, menjelaskan bahwa mereka yang memakai parasetamol dalam jangka panjang bisa mendapat penyakit, yang beresiko membunuh lebih dini.
Berdasarkan info yang dipuublikasian di dalam jurnal Annals of the Rheumatic Diseases, bahwa studi belum sanggup untuk mengetahui rata-rata peningkatan risiko serangan jantung dan stroke akhir penggunaan parasetamol dalam jangka waktu yang panjang
Pada sebuah studi dengan perencaan yang besar, memperingatkan bahwa mengkonsumsi paracetamol hampir setiap hari bisa meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, hingga esiko final hidup dini.
Pasien yang mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dengan takaran tinggi dalam waktu yang lama, hampir 63 persen lebih beresiko meninggal secara tiba-tiba.
Demikian juga, risiko terkena serangan jantung dan stroke naik 68 persen lebih tinggi, serta resiko hampir 50 persen lebih tinggi terkena pendarahan lambung.
Para ilmuwan dari Leeds Institute of Rheumatic and Musculoskeletal Medicine, melaksanakan pengkajian dari delapan studi perihal pasien yang memakai parasetamol setiap hari hingga 14 tahun, dalam kondisi terkena arthritis dan nyeri punggung yang serius.
Philip Conaghan, yang memimpin penelitian ini, menjelaskan bahwa mereka yang memakai parasetamol dalam jangka panjang bisa mendapat penyakit, yang beresiko membunuh lebih dini.
“Saya sedikit khawatir dengan pasien arthritis dan nyeri punggung parah yang harus mengonsumsi parasetamol takaran tinggi, dalam jangka waktu yang lama. Mereka mungkin harus berbicara dengan dokter mereka perihal pengobatan alternatif, menyerupai olahraga,” kata Philip Conaghan.
Berdasarkan info yang dipuublikasian di dalam jurnal Annals of the Rheumatic Diseases, bahwa studi belum sanggup untuk mengetahui rata-rata peningkatan risiko serangan jantung dan stroke akhir penggunaan parasetamol dalam jangka waktu yang panjang
loading...
Parasetamol Aman Digunakan, dengan Syarat...
Menurut rekomendasi FDA, takaran kondusif parasetamol tidak lebih dari 4000 mg dalam jangka 24 jam bagi orang cukup umur dan anak berusia di atas 12 tahun.
Jika tidak ada dilema di organ hati, takaran maksimum parasetamol untuk orang cukup umur yaitu 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet parasetamol 500mg.
Jika tidak ada dilema di organ hati, takaran maksimum parasetamol untuk orang cukup umur yaitu 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet parasetamol 500mg.
Sebenarnya Parasetamol cukup kondusif digunakan, apabila sesuai dengan petunjuk dan batas maksimal konsumsi (dari rekomendasi dokter).
Walaupun ada beberapa imbas samping yang sanggup terjadi kepada pengguna parasetamol, menyerupai adanya rasa demam yang disertai dengan menggigil, sakit pada tenggorokan (padahal sebelum mengkonsumsi parasetamol baik-baik saja), bintik-bintik putih di ekspresi atau bibir, serta gatal pada kulit.
Efek-efek tersebut umumnya jarang terjadi kepada para pengguna Parasetamol. Jika Anda mengalam efek-efek tersebut, maka disarankan untuk segera periksa ke dokter.
loading...
[UPDATE]
Pikir Dua Kali Sebelum Memberi Anak Obat Parasetamol
Saat masa-masa udara hirau taacuh menyerupai demam isu hujan, badan akan rentan terjangkit penyakit, menyerupai salah satunya penyakit flu yang sering menyerang tubuh, khususnya pada anak-anak.
Orangtua dalam mengobati flu atau demam pada anak, seringkali mengandalkan obat penurun panas menyerupai parasetamol.
Namun, para ilmuwan menyampaikan bahwa “hati-hati” dalam menawarkan obat parasetamol pada anak.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Toxicological Science, menyimpulkan bahwa penggunaan obat parasetamol sanggup mengganggu pertumbuhan atau perkembangan otak anak.
Para ilmuwan di Universitas Uppsala, Swedia, melaksanakan penelitian lab dan menemukan fakta ini. Penelitian menunujukan bahwa penggunaan parasetamol akan cenderung menciptakan anak lebih hiperaktif dan bisa berpotensi mengalami gangguan perilaku.
Selain itu, penggunaan parasetamol berisiko mengurangi kemampuan daya ingat. Para peneliti menyebutkan bahwa penggunaan parasetamol (dengan frekuensi tinggi pada anak-anak) bisa menjadikan imbas jangka panjang berupa gangguan fungsi kognitif.
Sehingga peneliti menasehatkan kepada orangtua biar berhati-hati dalam menawarkan obat parasetamol pada anak.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa dukungan antidemam menyerupai parasetamol hendaknya dilakukan jikalau suhu demam telah mencapai 38 derajat celsius.
Beberapa imbas samping yang umum terjadi dari penggunaan obat antipiretik atau antidemam yaitu rasa mual, muntah, kesulitan bernapas, sakit perut dan sakit kepala.
Para dokter menjelaskan bahwa penggunaan antipiretik menyerupai parasetamol harus dibatasi, tujuannya hanya untuk membantu biar demam tidak terlalu tinggi ataupun mengurangi tanda-tanda demam yang muncul.
Seringkali penggunaan antipiretik dilakukan walaupun kondisi demam masih tahap ringan, bahkan ada yang memakai parasetamol sekadar untuk mencegah demam biar tidak berulang terjadi.
Faktanya belum terdapat bukti ilmiah bahwa antipiretik sanggup mencegah munculnya demam kembali.
Loading...
Risiko Minum Paracetamol Saat Hamil
Banyak jago kesehatan yang menyampaikan bahwa Ibu hamil harus hati-hati dalam mengkonsumsi obat. Dimana penggunaan obat yang tidak sempurna dan tanpa mengetahui imbas sampingnya beresiko menimbulkan dilema pada Ibu hamil dan janin di dalam kandungannya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa konsumsi paracetamol oleh perempuan hamil sanggup meningkatkan resiko terkena ADHD (masalah tingkah laku, menyerupai hiperaktif) pada anak yang dilahirkannya.
Peneliti menjelaskan bahwa zat dalam parasetamol bisa meningkatkan risiko anak terkena gangguan hiperaktif hingga tiga kali lipat.
Penggunaan paracetamol dikhawatirkan berisiko bagi ibu hamil dan janin alasannya yaitu bisa mengganggu keseimbangan hormon pada rahim, salah satu dampaknya yaitu gangguan pada perkembangan otak janin.
Pada tahap riset awal, NHS menyampaikan biar perempuan hamil berhati-hati dalam penggunaan parasetamol, penggunaan hendaknya dalam takaran rendah dan juga dalam jangka waktu yang pendek.
Dalam riset, peneliti mengumpulkan data dari sekitar 64 ribu anak dan ibu di Demark pada 1996 hingga 2002. Orangtua juga diminta mengisi kuisioner yang disediakan.
Lalu diketahui bahwa sekitar setengah ibu dilaporkan memakai parasetamol dikala hamil. Hal ini berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan hiperkinetik (bagian dari ADHD) sebesar 37 persen.
Anak yang dilahirkan dari Ibu yang memakai pain killer dikala masa hamilnya, berisiko sebesar 13 persen menderita ADHD dikala berusia 7 tahun.
Risiko ini bisa semakin besar apabila Ibu hamil mengkonsumsi paracetamol selama 6 bulan atau lebih, terlebih lagi dalam takaran yang tinggi.
Menurut peneliti dari University of California, Los Angeles, Zeyan Liew, acetaminophen sanggup menghipnotis perkembangan hormon, yang berdampak pada gangguan perkembangan saraf dan dilema tingkah laku.
Peneliti dari bidang psikologi dan perkembangan di Cardiff University, Kate Langley, menyampaikan bahwa temuan ini amat menarik, tapi masih perlu riset lebih lanjut untuk mendalami keterkaitan antara konsumsi paracetamol dikala hamil dan ADHD pada anak.
Referensi:
Daily Mail Online (2015). Paracetamol linked to heart attack risk: Fears over high doses taken for a long time.
Febrida, Melly. Liputan 6 (2014). Pikir Dua Kali Sebelum Beri Anak Obat Parasetamol.
Widiyani, Rosmha. Kompas (2014). Risiko Minum Paracetamol Saat Hamil.
Daily Mail Online (2015). Paracetamol linked to heart attack risk: Fears over high doses taken for a long time.
Febrida, Melly. Liputan 6 (2014). Pikir Dua Kali Sebelum Beri Anak Obat Parasetamol.
Widiyani, Rosmha. Kompas (2014). Risiko Minum Paracetamol Saat Hamil.
0 Response to "Bahaya Kelebihan Takaran Parasetamol (Kerusakan Hati, Asma, Stroke Dll)"